Rabu, 11 Januari 2023

KORAN REPUBLIKA dari Etalse Sekolah Hingga Berlangganan Sendiri Oleh : Imam Romzan Fauzi

 


Terasa sedih di saat media cetak yang kita cintai harus berhenti cetak. Kenangan yang tidak dapat terlupakan di mana media cetak ini telah menjadi pengisi dan penghias hidup hampir 30 tahun hidup saya. Ketika awal masuk dunia Pesantren tahun 1993 setiap pukul 10 siang Ustad pondok selalu memasang koran di etalase depan kelas kami. Koran adalah satu satunya media informasi yang dihidangkan oleh pesantren kepada para santrinya. Koran juga sebagai sarana hiduran santri untuk mengisi waktu luang. Walau harus berebutan mencari posisi untuk membaca berita atau informasi hari ini, namun minat untuk mengunjungi etalase koran sangat tinggi.

 

Koran itu adalah “Koran REPUBLIKA”. media pertama yang menjadi pengenal dalam mendapatkan informasi dan pendidikan dari mana saja di media cetak. Koran ini adalah koran pertama yang saya baca sejak mengenal apa itu koran atau surat kabar. Sebelum jenjang SMA saya belum pernah sama sekali membaca informasi apapun dari koran atau media cetak. Sehingga di saat di pesantren jenjang SMA, pesantren menghadirkan etalase koram dengan terpasang koran Republika menjadi sangat membekas pada diri saya. Walaupun dari pihak Pondok harus mensensor beberapa gambar yang tidak diperkenankan ditampilkan di lingkungan pondok, namun itu tidak menyurutkan minat baca santri dalam membaca koran hari ini.

 

Saya tidak bisa membayangkan ketika media cetak seperti Republika ini harus berhenti dari dunia cetak koran. Di mana lembaga pendidikan boarding atau pondok pesantren hanya membolehkan satu-satunya sarana informasi yang dihidangkan ke Santri adalah koran. Pembatasan santri menggunakan sarana internet melalui Gajdet dikarenakan imbas negatif yang akan timbul menjadikan para santri harus menunggu berita-berita baru dari media cetak. Namun setelah Koran idola para santri ini harus terhenti cetak, mau dari mana lagi para santri harus mendapatkan informasi. Koran lain belum tentu dapat memuaskan hausnya berita yang menyegarkan khususnya di dunia pesantren. Para santri yang di tunggu adalah tulisan para pemikir, berita-berita tekhnologi terbaru, informasi dunia Islam dan ini hanya ada di Koran Republika. Semoga lembaga pesantren segera melakukan penyesuaian diri atas berhentinya Republika edisi cetak dengan media yang lain sehingga para santri bisa mendapatkan informasi setiap saat.

 

Saat di Perguruan Tinggi koran ini juga menjadi pengisi waktu untuk mendampingi dunia perkuliahan. Sudah menjadi hal yang wajib bagi saya bahwa setiap hari harus membaca Republika walau di etalase kampung ataupun di perpustakaan kampus karena belum dapat mebelinya setiap hari atau berlangganan. Ternyata membaca Republika di pesantren menjadi candu, sehingga di saat kuliahpun harus menyempatkan diri untuk mencari koran ini. Dan yang sangat membanggakan, di saat mencoba mengirimkan tulisan ke koran ini, walau tidak terbit namun penghargaan dari koran ini bagi para penulis luar biasa. Sebagai mahasiswa baru yang baru mengenal bagaimana mengirimkan tulisan ke media cetak sungguh sangat terkesan ketia media koran yang sekelas nasional mengirimkan ucapan selamat hari Raya kepada penulis yang baru belajar. Terima kasih Republika yang telah memberikan warna pada saya di dunia perkuliahan saat itu. Sebuah cita-cita dahulu saat di perkuliahan, bahwa suatu saat ketika sudah bekerja nanti saya akan berlangganan Republika. Dan Alhamdulillah cita-cita dan keinginan itu terwujud di tahun 2015.

 

Delapan tahun sudah saya berlangganan Republik. Setiap pagi selalu hadir di meja kerja saya koran tercinta ini. Awalnya kantor belum mau menambah langganan koran karena keterbatasan anggaran. Sehingga pada awal bekerja koran republika hanya bisa didapatkan di kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah, walau tidak setiap hari harus ke kantor tersebut. Penantian yang cukup lama untuk bisa berlangganan, sejak tahun 2002 hingga 2015 koran Republika tidak dapat dibaca setiap hari. Namun setelah mendapatkan kesempatan untuk berlangganan akhirnya di tahun 2015 Republika telah menjadi langganan wajib baca koran setiap hari.

 

Mengantarkan koran Republika hari kemarin ke Perpustakaan sekolah sudah tidak dilakukan lagi karena sudah setengah bulan ini sejak awal Januari 2023 saya sudah tidak mendapatkan koran Republika. Mencoba untuk membaca koran media cetak lain, namun terasa sangat jauh berbeda. Apa yang selama ini biasa dapatkan di Republika, di koran lain belum saya temukan. Mungkin harus mencoba untuk membuka media on line Republika untuk menemukan berita kembali dari Republika. Kolom, News, khazanah, Islam Digest, International dan tekhnologi menjadi rubrik pilihan untuk di baca, semoga dapat diakses kembali walaupun harus membaca di media on Line yaitu https://www.republika.co.id/. Selamat tinggal Republika media cetak terima kasih telah menghiasi hidup saya dalam membaca berita dan informasi yang hampir 30 tahun. Dan selamat datang Republika On Line (ROL) semoga tidak mengubah semangat membaca walau tidak harus menggenggam kertas, membolak baliknya, hingga terbaca walau judulnya saja. Semoga republika semakin baik, memajukan literasi serta membangun peradaban bangsa dengan bersikap netral dan mencerdaskan