Guru merupakan seorang pendidik dan pengajar
pada pendidikan formal dan pendidikan informal. Peran guru dalam dunia
pendidikan sangatlah penting. Tugas utama seorang guru adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusi peserta
didik. Guru merupakan ruh pada proses pembelajaran, keberhasilan mendidik dan mengajar siswa terletak pada
guru yang berkualitas.
Problematika dunia pendidikan pada masa pandemi Covid
19 guru mengalami kesulitan dalam mengajar dan harus menyesuaikan dengan
pengusaan teknologi. Proses pembelajaran yang biasanya menggunakan metode tatap
muka beralih ke metode daring. Peralihan pembelajaran daring ini membuat guru
kesulitan menstranfer ilmunya kepada peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran
daring pada awal pandemi Covid 19 pun sedikit terhambat karena kurangnya
kemampuan penguasaan teknologi, terbatasnya sarana dan prasarna serta biaya
yang harus dikeluarkan untuk menunjang teknologi tersebut.
Pembelajaran daring menggunakan aplikasi seperti
: WA Grup, E Lerning, Classroom, Quiziz, Kahoot dan lain-lain, ternyata tidak
seefektif kegiatan pembelajaran tatap muka langsung, karena belum tentu apa
yang disampaikan guru langsung bisa dipahami oleh semua siswa. Komunikasi siswa
juga terbatas, mereka kurang berani mengungkapkan pendapatnya saat pembelajaran
daring.
Mengamati pengalaman beberapa guru, maka guru
juga harus siap menggunakan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Guru
harus mampu membuat model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter
siswa di sekolahnya. Guru harus terbiasa mengajar dengan memanfaatkan media daring
yang dikemas efektif, mudah diakses dan dipahami oleh siswa.
Untuk meningkatkan kompetensi guru di masa pandemi
Covid 19 dan Era Revolusi Industri 4.0, guru harus bisa bersinergi dengan
teknologi. Guru lebih dituntut untuk memahami dinamika kelas yang terus
berkembang. Guru yang bisa memanfaatkan teknologi, maka guru tersebut lebih
percaya diri dan mudah dalam mengajar siswa. Ruang belajar lebih menyenangkan,
kreatif dan inovtif.
Pendidikan saat ini dituntut guru mampu
membekali siswa dengan ketrampilan abad 21 meliputi 1) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), merupakan implementasi
profil pelajar pancasila 2) 4C (Literasi, Critical Thinking,
Creative Thinking, Collaboration, dan Communication) 3)
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS). Ketrampilan abad 21 adalah ketrampilan peserta
didik yang mampu berfikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif,
ketrampilan berkomunikasi dan kolaborasi. Selain itu ketrampilan mencari,
mengelola dan menyampaiakan informasi serta terampil menggunakan teknologi.
Guru perlu meningkatkan kompetensi sesuai dengan
perkembangan Revolusi Industri 4.0, karena revolusi industri menuntut guru
mampu memanfaatkan kemajuan teknologi yang super cepat untuk meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar dan mempersiapkan sumber daya manusia yang
unggul. Di era revolusi industri 4.0, jika guru hanya sebatas mentransfer ilmu
pengetahuan kepada siswa di kelas, maka peran guru dapat tergantikan oleh
teknologi. Padahal hakekat yang sebenarnya, peran guru tidak dapat tergantikan
oleh teknologi secanggih apapun dalam mendidik karakter, moral dan memberikan
keteladanan kepada siswa.
Dunia berubah sangat cepat, digitalisasi
menyebabkan perubahan yang sangat besar. Apabila guru tidak mau meningkatkan
kompetensinya, ruang kelas akan terasa hampa. Ruang kelas sangatlah penting
bagi perkembangan intelektual siswa dan perkembangan kepribadian siswa. Ruang
kelas dengan model lama harus segera ditinggalkan dan di era digitalisasi ruang
kelas mengalami perubahan kearah pola pembelajaran digital yang menciptakan
pembelajaran yang lebih kreatif, partisiptif, beragam dan menyeluruh. Guru
berperan penting dalam mengkonseptualkan informasi dan membimbing peserta didik
saat diskusi daring maupun pembelajaran tatap muka.
Kompetensi guru yang lain yang harus
dikuasai adalah menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Guru memegang peranan penting dalam
menciptakan pembelajaran yang efektif bagi siswa. Guru yang kompeten akan lebih
mampu untuk menjalankan perannya menciptakan pembelajaran yang efektif sehingga
diharapkan hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Untuk
menghasilkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif langkah yang harus
dilakukan guru adalah membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran yang
inspiratif.
Standar
kompetensi lulusan pada satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar difokuskan pada penanaman karakter yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila serta
kompetensi literasi dan numerasi. Guru diharapkan membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis literasi, numerasi dan profil pelajar
Pancsila. Dengan regulasi yang selalu berubah guru mampu beradaptasi dengan
kondisi saat ini. Pemerintah mempunyai arah kebijakan pada dunia pendidikan
yaitu meningkatan literasi, inovasi, dan kreativitas. Strategi kebijakan
pemerintah antara lain: 1) peningkatan budaya literasi; 2) pengembangan, pembinaan
dan pelindungan bahasa Indonesia, bahasa dan aksara daerah, serta sastra; dan 3)penguatan
institusi sosial penggerak literasi dan
inovasi.
Tantangan
dunia pendidikan sejak pandemi Covid 19 diantaranya pemerintah menghapus UN dan
menggantinya dengan menerapkan Aseemnet Nasional. Asesmen Nasional mencakup AKM
(Asesmen Kompetensi Minimum), Survei Karakter, Survei Lingkungan Belajar. Siswa Indonesia masih mengalami krisis
literasi, baik pada tingkat dasar, menengah dan atas. Kondisi seperti ini tidak
boleh dibiarkan saja, harus dicari solusi yang tepat. Guru harus mengetahui
tentang Assement Nasional yang nantinya bisa diterapkan dalam proses
pembelajaran dan mulai membiasakan literasi sejak anak usia dini.
AKM
mengukur literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Sasaran AKM
adalah siswa. Survei Karakter mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan
yang mencerminkan karakter pelajar Pancasila. Yang menjadi sasaran siswa.
Survei Lingkungan Belajar mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses
belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah, menggali informasi
mengenai kualitas proses pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang
pembelajaran. Sasarannya adalah siswa,
guru, Kepala Sekolah
Visi Pendidikan Nasional adalah mewujudkan
Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya
pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman,
bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, bergotong royong,
dan berkebinekaan global. Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan
pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi
global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
Pendidikan
di Indonesia bisa berjalan selaras dengan perkembangan zaman, bisa terwujud
jika guru memberikan kapasitasnya secara maksimal dalam proses pembelajaran. Yang
harus dilakukan guru yaitu mendesaian pembelajaran berbasis Literasi, Numerasi
dan Profil Pelajar Pancasila. RPP yang dibuat guru menjadi dasar guru mengajar,
Langkah -langkah pembelajaran tersusun secara sistematis sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan juga bisa tercapai.
Peningkatan kompetensi guru
dilakukan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Dengan guru mendesain
pembelajaran berbasis literasi (membaca) dan numerasi (angka-angka), guru menyiapkan
bahan bacaan atau teks untuk dibaca dan dianalisis oleh siswa. Satu teks
bacaan bisa untuk mengajukan ide dan
gagasan literasi atau numerasi. Rasa ingin tahu dari siswa bisa ditumbuhkan
dengan cerita atau bacaan yang disajikan, siswa diajak untuk berpikir kritis,
menyampaikan ide dan gagasannya, hingga siswa mampu menyimpulkan dari bacaan
yang disediakan oleh guru.
Pada teks bacaan siswa bisa
diajak untuk menganalisis data, kemudian data tersebut dijabarkan dalam bentuk
tabel atau grafik. Hal ini juga melatih numerasi siswa. Dengan siswa terbiasa
mempelajari literasi dan numerasi pada proses pembelajaran, siswa memiliki
nalar yang kritis dan melahirkan ide-ide yang mampu mengubah paradigma
pembelajaran selama ini . Siswa memiliki optimisme tinggi terhadap masa
depannya.
Penguatan Karakter yang yang
dimunculkan menjadi implementasi profil pelajar Pancasila. Setiap pembelajaran guru
harus memasukkan karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak
mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis dan
mandiri. Harapan besar bagi dunia pendidikan, dapat menciptakan karakter yang
kuat bagi siswa. Karakter siswa yang tumbuh bisa menjadi pengendali diri siswa
di era digitalisasi.
Guru sebagai ujung tombak
pendidikan, dituntut memiliki kemampuan dasar sebagai pendidik dan pengajar,
mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan. Guru
dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar yang berkesan kepada
siswa. Untuk menghasilkan pembelajaran yang
berkualitas, sebelum mengajar guru harus mempersiapkan diri mulai dari
penggunaan teknologi (aplikasi daring), membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang berbasis literasi, numerasi dan profil pelajar
Pancasila. Dengan demikian guru berkualitas telah menyiapkan generasi muda
bangsa Indonesia cerdas dan unggul yang siap membangun Indonesia Maju.