Selasa, 15 Maret 2022

Peningkatan Kapasitas Diri Guru oleh Yuni Rokhmawati, S.Pd Guru IPA SMP Muhammadiyah 2 Kebumen

 

 

Guru merupakan seorang pendidik dan pengajar pada pendidikan formal dan pendidikan informal. Peran guru dalam dunia pendidikan sangatlah penting. Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusi peserta didik. Guru merupakan ruh pada proses pembelajaran, keberhasilan  mendidik dan mengajar siswa terletak pada guru yang berkualitas.

Problematika dunia pendidikan pada masa pandemi Covid 19 guru mengalami kesulitan dalam mengajar dan harus menyesuaikan dengan pengusaan teknologi. Proses pembelajaran yang biasanya menggunakan metode tatap muka beralih ke metode daring. Peralihan pembelajaran daring ini membuat guru kesulitan menstranfer ilmunya kepada peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran daring pada awal pandemi Covid 19 pun sedikit terhambat karena kurangnya kemampuan penguasaan teknologi, terbatasnya sarana dan prasarna serta biaya yang harus dikeluarkan untuk menunjang teknologi tersebut.

Pembelajaran daring menggunakan aplikasi seperti : WA Grup, E Lerning, Classroom, Quiziz, Kahoot dan lain-lain, ternyata tidak seefektif kegiatan pembelajaran tatap muka langsung, karena belum tentu apa yang disampaikan guru langsung bisa dipahami oleh semua siswa. Komunikasi siswa juga terbatas, mereka kurang berani mengungkapkan pendapatnya saat pembelajaran daring.

Mengamati pengalaman beberapa guru, maka guru juga harus siap menggunakan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Guru harus mampu membuat model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di sekolahnya. Guru harus terbiasa mengajar dengan memanfaatkan media daring yang dikemas efektif, mudah diakses dan dipahami oleh siswa.

Untuk meningkatkan kompetensi guru di masa pandemi Covid 19 dan Era Revolusi Industri 4.0, guru harus bisa bersinergi dengan teknologi. Guru lebih dituntut untuk memahami dinamika kelas yang terus berkembang. Guru yang bisa memanfaatkan teknologi, maka guru tersebut lebih percaya diri dan mudah dalam mengajar siswa. Ruang belajar lebih menyenangkan, kreatif dan inovtif.

Pendidikan saat ini dituntut guru mampu membekali siswa dengan ketrampilan abad 21 meliputi 1) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), merupakan implementasi profil pelajar pancasila 2) 4C (Literasi, Critical Thinking, Creative Thinking, Collaboration, dan Communication) 3) Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS).  Ketrampilan abad 21 adalah ketrampilan peserta didik yang mampu berfikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif, ketrampilan berkomunikasi dan kolaborasi. Selain itu ketrampilan mencari, mengelola dan menyampaiakan informasi serta terampil menggunakan teknologi.

Guru perlu meningkatkan kompetensi sesuai dengan perkembangan Revolusi Industri 4.0, karena revolusi industri menuntut guru mampu memanfaatkan kemajuan teknologi yang super cepat untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul. Di era revolusi industri 4.0, jika guru hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa di kelas, maka peran guru dapat tergantikan oleh teknologi. Padahal hakekat yang sebenarnya, peran guru tidak dapat tergantikan oleh teknologi secanggih apapun dalam mendidik karakter, moral dan memberikan keteladanan kepada siswa.

Dunia berubah sangat cepat, digitalisasi menyebabkan perubahan yang sangat besar. Apabila guru tidak mau meningkatkan kompetensinya, ruang kelas akan terasa hampa. Ruang kelas sangatlah penting bagi perkembangan intelektual siswa dan perkembangan kepribadian siswa. Ruang kelas dengan model lama harus segera ditinggalkan dan di era digitalisasi ruang kelas mengalami perubahan kearah pola pembelajaran digital yang menciptakan pembelajaran yang lebih kreatif, partisiptif, beragam dan menyeluruh. Guru berperan penting dalam mengkonseptualkan informasi dan membimbing peserta didik saat diskusi daring maupun pembelajaran tatap muka.

                Kompetensi guru yang lain yang harus dikuasai adalah menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.  Guru memegang peranan penting dalam menciptakan pembelajaran yang efektif bagi siswa. Guru yang kompeten akan lebih mampu untuk menjalankan perannya menciptakan pembelajaran yang efektif sehingga diharapkan hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Untuk menghasilkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif langkah yang harus dilakukan guru adalah membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran yang inspiratif.

                Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan  jenjang pendidikan dasar difokuskan pada penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila serta  kompetensi literasi dan numerasi. Guru diharapkan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis literasi, numerasi dan profil pelajar Pancsila. Dengan regulasi yang selalu berubah guru mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini. Pemerintah mempunyai arah kebijakan pada dunia pendidikan yaitu meningkatan literasi, inovasi, dan kreativitas. Strategi kebijakan pemerintah antara lain: 1) peningkatan budaya literasi; 2) pengembangan, pembinaan dan pelindungan bahasa Indonesia, bahasa dan aksara daerah, serta sastra; dan 3)penguatan institusi sosial penggerak literasi  dan inovasi.               

                Tantangan dunia pendidikan sejak pandemi Covid 19 diantaranya pemerintah menghapus UN dan menggantinya dengan menerapkan Aseemnet Nasional. Asesmen Nasional mencakup AKM (Asesmen Kompetensi Minimum), Survei Karakter, Survei Lingkungan Belajar.  Siswa Indonesia masih mengalami krisis literasi, baik pada tingkat dasar, menengah dan atas. Kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan saja, harus dicari solusi yang tepat. Guru harus mengetahui tentang Assement Nasional yang nantinya bisa diterapkan dalam proses pembelajaran dan mulai membiasakan literasi sejak anak usia dini.

                AKM mengukur literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Sasaran AKM adalah siswa. Survei Karakter mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter pelajar Pancasila. Yang menjadi sasaran siswa. Survei Lingkungan Belajar mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah, menggali informasi mengenai kualitas proses pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran. Sasarannya adalah siswa, guru, Kepala Sekolah

                Visi Pendidikan Nasional adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa  kepada Tuhan YME, dan berakhlak  mulia, bergotong royong, dan  berkebinekaan global.      Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,

                Pendidikan di Indonesia bisa berjalan selaras dengan perkembangan zaman, bisa terwujud jika guru memberikan kapasitasnya secara maksimal dalam proses pembelajaran. Yang harus dilakukan guru yaitu mendesaian pembelajaran berbasis Literasi, Numerasi dan Profil Pelajar Pancasila. RPP yang dibuat guru menjadi dasar guru mengajar, Langkah -langkah pembelajaran tersusun secara sistematis sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan juga bisa tercapai.

Peningkatan kompetensi guru dilakukan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Dengan guru mendesain pembelajaran berbasis literasi (membaca) dan numerasi (angka-angka), guru menyiapkan bahan bacaan atau teks untuk dibaca dan dianalisis oleh siswa. Satu teks bacaan  bisa untuk mengajukan ide dan gagasan literasi atau numerasi. Rasa ingin tahu dari siswa bisa ditumbuhkan dengan cerita atau bacaan yang disajikan, siswa diajak untuk berpikir kritis, menyampaikan ide dan gagasannya, hingga siswa mampu menyimpulkan dari bacaan yang disediakan oleh guru.

Pada teks bacaan siswa bisa diajak untuk menganalisis data, kemudian data tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel atau grafik. Hal ini juga melatih numerasi siswa. Dengan siswa terbiasa mempelajari literasi dan numerasi pada proses pembelajaran, siswa memiliki nalar yang kritis dan melahirkan ide-ide yang mampu mengubah paradigma pembelajaran selama ini . Siswa memiliki optimisme tinggi terhadap masa depannya.

Penguatan Karakter yang yang dimunculkan menjadi implementasi profil pelajar Pancasila. Setiap pembelajaran guru harus memasukkan karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis dan mandiri. Harapan besar bagi dunia pendidikan, dapat menciptakan karakter yang kuat bagi siswa. Karakter siswa yang tumbuh bisa menjadi pengendali diri siswa di era digitalisasi.

Guru sebagai ujung tombak pendidikan, dituntut memiliki kemampuan dasar sebagai pendidik dan pengajar, mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan. Guru dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar yang berkesan kepada siswa.  Untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, sebelum mengajar guru harus mempersiapkan diri mulai dari penggunaan teknologi (aplikasi daring), membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berbasis literasi, numerasi dan profil pelajar Pancasila. Dengan demikian guru berkualitas telah menyiapkan generasi muda bangsa Indonesia cerdas dan unggul yang siap membangun Indonesia Maju.